Ketua Kadin Sumut: Krisis China, Jepang Bisa Mengimbas Ekonomi Dalam Negeri

Ketua Kadin Sumut Firsal Dida Mutyara
Ketua Kadin Sumut Firsal Dida Mutyara

 

MEDAN, kaldera.id –  Ketua Kadin Sumut Firsal Dida Mutyara menyampaikan krisis ekonomi dunia telah diambang mata setelah Jepang, China dan Inggris masuk dalam resesi karena mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Hal itu disampaikannya saat berbicang dengan media di kantornya kemarin. Firsal Dida Mutyara mengungkapkan jika melihat ekonomi dunia saat ini gambaran krisis di China dan Jepang akan berimbas langsung terhadap Indonesia bahkan Sumut. “Karena kedua negara tersebut punya hubungan dagang yang kuat dengan kita,” katanya.

Dia mengatakan perlambatan ekonomi di China misalnya terjadi dua tahun setelah covid. Mereka melambat, otomatis konsumsi dalam negerinya berkurang sehingga daya beli tidak akan naik. “Artinya jika selama ini kita banyak mengekspor ke sana tentu akan berkurang.”

Demikian juga dengan Jepang, kata Firsal Mutyara. Negara ini mengalami kontraksi produk domestik bruto dan bergabung dengan negara G7 lain seperti Inggris yang juga resmi mengumumkan resesi.

“Jepang dan China adalah negara mitra dagang kita. Krisis akan mendorong mereka mereka mendevaluasi mata uangnya. Mata uangnya akan jatuh. Otomatis harga barang mereka lebih murah sehingga mendorong ekspor negara tersebut kembali terangkat,” kata Firsal.

Akibatnya semua barang China akan masuk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah. “Begitupula dengan Jepang, karena di sana mata uangnya jatuh lalu pemerintahnya akan memberikan subsidi. Tentu efeknya industri kita di dalam negeri harus menyesuaikan dengan kondisi Jepang dan China,” jelasnya lagi.

Firsal Mutyara menegaskan jika industri dalam negeri tak mampu beradaptasi maka kekhawatiran adalah pabrik dalam negeri akan gulung tikar, belum lagi peraturan kenaikan pajak 12 persen akan turut memukul pengusaha dalam negeri,

“Kenaikan pajak satu persen itu efeknya luar biasa. Belum lagi dengan daya beli kita di dalam negeri yang lesu. Jika barang impor masuk dengan harga murah otomatis semua akan terpukul,” ucapnya.

Menurut dia, barang impor itu tak akan mendorong perputaran ekosistem ekonomi di dalam negeri. “Kalau barang lokal yang dijual, perputaran uangnya tetap akan di dalam negeri. Tapi kalau barang impor, itu bisa mengimbas ke semua pengusaha,” jelasnya.

“Kita akan kesulitan berkompetisi. Krisis di China dan Jepang ini sudah di depan mata. Coba kita perhatikan analisis dari Bloomberg, Reuters, CNBC, itu arahnya sudah kelihatan,” tuturnya.

Jika kondisi ini berlanjut, Ketua Kadin Sumut ini mengingatkan yang paling penting adalah memperkuat industri dalam negeri serta tetap fokus pada food security (ketahanan pangan).

“Krisis ini bisa membahayakan sisi pangan karena semua negara akan fokus pada masalah pangan di dalam negeri. Isyarat itu sudah muncul dari banyak negara seperti Singapura, Brunai dan Filipina. Sumber pangan impor itu terutama dari Vietnam dan Kamboja. Jadi kita harus fokus pada ketahanan pangan dalam negeri,” tutupnya.