MEDAN, kaldera.id- Gurat kecewa tak terlalu tampak di wajah Asnir Hasyim, 69, warga Medan yang tinggal di Pasar Peringgan, walaupun harusnya dia sudah menjejakkan kaki di tanah suci Mekkah per 1 Maret lalu. Kini, ia hanya pasrah dalam doa.
Ya, Pak Asnir, begitu dia biasa disapa mengaku turut menjadi bagian dari jamaah umrah yang gagal berangkat bulan ini pasca keputusan Arab Saudi melarang ibadah umrah semua negara bahkan warganya sendiri untuk menghindari virus corona (covid-19).
Tak tanggung, seharusnya jumlah anggota keluarganya saja yang berangkat dengan dia termasuk istri, anak, menantu, sampai ke cucu ada 35 orang dalam rombongan yang harusnya diberangkatkan travel Jejak Umrah yang berkantor di Jalan SM Raja.
Kalau dihitung dengan kerabat dan tetangga jumlahnya lebih banyak lagi karena mencapai 53 orang. Tanggal keberangkatan sebenarnya sudah dipastikan per 1 Maret 2020. Namun karena ada larangan dari Arab Saudi, dia bersama keluarga pun pasrah.
“Mau bagaimana lagi. Ini takdir Allah SWT. Bencana yang melanda dunia. Ibaratnya umrah itu adalah panggilan Allah ke rumahnya. Walaupun kita berusaha untuk datang kalau yang punya rumah (Baitullah) belum mengizinkan, kita bisa apa. Kita hamba yang lemah di hadapan-Nya,” tutur Pak Asnir, kepada kaldera.id di Kedekopi Jl. DI Panjaitan No. 42 Medan, Jumat (6/3/2020) sore.
Menurutnya, semua keberangkatan sudah ditetapkan. Tiket pulang pergi sudah dipesan, visa juga sudah siap dan akomodasi telah dipanjar travel. “Tentu dana yang kami setor tak dikembalikan. Tapi tak apa. Kita berharap dan berdoa semoga secepatnya pemerintah Arab membuka akses. Tapi itu pun tergantung kapan baiknya. Kita terima saja,” jelasnya.
Dia mengatakan tak ada yang bisa disalahkan dengan kondisi ini. “Saya tak merasa kecewa. Musibah dari Allah. Hanya harapannya jika pun berangkat tak ada biaya tambahan yang harus kami bayar kelak,” ungkapnya.
Hanya Pasrah dalam Doa
Sempat sebenarnya pasca 1 Maret 2020, dia dan keluarga mendapat kabar baik karena per 14 Maret 2020 akan ada pemberangkatan sesuai informasi dari Saudi Airline. Tapi kemudian dibantah pemerintahnya dan kedutaan Indonesia di Saudi juga memperkuat bahwa tidak ada pemberangkatan, bahkan mungkin hingga akhir tahun.
“Kami pasrah dalam doa. Semoga kelak kamilah yang dipanggil-Nya untuk melihat lagi Baitullah dan Masjid Nabawi pasca wabah corona,” tutur pemilik toko jahit Syifa di Peringgan ini.
Awalnya dia berharap masih bisa bersama isteri, cucu, menantu, anak, adek ipar, semua berkumpul di sekitar Masjidil Haram melaksanakan rukun umrah. Namun niat itu belum sampai. “Jika kelak larangan umrah dibuka, kami panjatkan doa sebagai orang yang pertama dipanggil Allah mendatangi rumah-Nya,” katanya.
Selain dia, ada satu jamaah lagi yang juga gagal berangkat umrah pasca larangan tersebut yang duduk bersama Pak Asnir di Kedekopi. Yaitu Sofyan Yusuf Lubis. Sebenarnya tidak ada janji keduanya untuk bertemu di tempat yang sama.
Tapi memang karena Pak Asnir dan Sofyan sama-sama penikmati kopi akhirnya karena merasa punya persamaan nasib gagal berangkat umrah, cerita mereka pun kian berkembang sambil menyeruput kopi masing-masing.
Khusus Sofyan, sejatinya akan berangkat bersama travel umrah Multazam. “Ya saya ini sama dengan Pak Asnir. Kita ikut menerima semua keputusan Arab Saudi. Apalagi murni bencana. Bukan karena permainan travel umrah,” jelasnya. Dia mengatakan berbeda misalnya kalau pembatalan akibat permainan travel umrah yang menelantarkan jamaah.
“Pembatalan kita karena kondisi terpaksa. Harapan saya juga sama dengan Pak Asnir. Kalaupun misalnya visa sudah terbit mudah-mudahan tidak dikutip pembayaran tambahan oleh travel. Maunya pemerintah Arab Saudi juga memperpanjang visa umrah buat yang gagal berangkat sehingga kita tak mengeluarkan biaya tambahan,” ungkapnya. Karena visa umrah itu punya jangka waktu.
Mereka berharap biarlah uang tak kembali karena travel umrah pun pasti sudah menggunakan dananya untuk akomodasi, transportasi dan kebutuhan umrah di Arab. Tapi itu tadi, keduanya pun sepakat jangan sampai kelak ada tambahan biaya lagi saat pintu Ka’bah buat jamaah sudah dibuka. (armin nasution)