Dewan Pemulihan Nasional (NRC) menyampaikan bahwa mulai 1 maret pemerintah Malaysia akan menyiapkan kedatangan turis tanpa karantina.
Dewan Pemulihan Nasional (NRC) menyampaikan bahwa mulai 1 maret pemerintah Malaysia akan menyiapkan kedatangan turis tanpa karantina.

Jakarta, kaldera.id – Dewan Pemulihan Nasional (NRC) menyampaikan bahwa mulai 1 maret pemerintah Malaysia akan menyiapkan kedatangan turis tanpa karantina.

Ketua NRC yang juga mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Muhyiddin Yassin mengatakan bahwa dalam skema masuk tanpa karantina ini, wisatawan asing harus menjalani tes Covid-19. Baik sebelum dan setelah tiba di Malaysia.

“Direkomendasikan oleh NRC agar perbatasan negara dibuka sepenuhnya pada waktunya untuk mendukung pemulihan bangsa. Dalam hubungan ini, dewan sepakat bahwa perbatasan negara akan dibuka sepenuhnya pada 1 Maret tanpa perlu karantina wajib,” ujarnya dikutip The Star.

Dalam hal ini, Muhyiddin menyampaikan akan berkoordinasi langsung dengan Menteri Kesehatan, Khairy Jamaluddin. Semua akan lebih diteliti pada jalur masuk tanpa karantina ini melalui penilaian resiko dari setiap negara, ujannya.

“Pembukaan perbatasan negara perlu dilakukan sesuai dan berdasarkan penilaian risiko saat ini,” tambahnya.

Tren kasus infeksi Covid-19 kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan di Malaysia. Dalam data yang disajikan John Hopkins University, kasus harian naik hingga hampir empat kali lipat.

Tercatat, pada Senin (7/2/2022), Malaysia memiliki 11.034 kasus baru. Sementara pada 7 Januari kasus masih berada di level 3.500 per harinya.

Dari kadis tersebut, Malaysia sempat mengalami lonjakan infeksi Varian dengan 32 mutasi itu di antara jamaah murah yang tiba dari Arab Saudi.

Sementara itu, langkah yang diambil Malaysia juga telah diterapkan beberapa negara seperti Singapura dan Thailand. Selain ke dua negara itu, negara dekat lainnya seperti Australia juga menjadwalkan membuka perbatasannya tanpa perlu karantina mulai akhir bulan Februari ini.

Hingga saat ini, ada 2,93 juta kasus Covid-19 yang ditemukan di Malaysia. Dari jumlah itu, 32.043 kasus harus berakhir dengan kematian. (cnbc)