Makna upacara adat Sulang-sulang Pahompu dalam Suku Batak Toba

Etnik Batak Toba di Sumatera Utara memiliki ciri khas dalam menjalankan upacara adat, salah satunya, Sulang-sulang Pahompu. Generasi muda masa kini mungkin jarang mendengar upacara pengukuhan adat pernikahan tersebut.
Etnik Batak Toba di Sumatera Utara memiliki ciri khas dalam menjalankan upacara adat, salah satunya, Sulang-sulang Pahompu. Generasi muda masa kini mungkin jarang mendengar upacara pengukuhan adat pernikahan tersebut.

 

 

MEDAN, kaldera.id – Etnik Batak Toba di Sumatera Utara memiliki ciri khas dalam menjalankan upacara adat, salah satunya, Sulang-sulang Pahompu. Generasi muda masa kini mungkin jarang mendengar upacara pengukuhan adat pernikahan tersebut.

Melansir artikel jurnal berjudul Sulang-sulang Pahompu Etnik Batak Toba Kajian Antropolinguistik oleh Ayu Andari Nainggolan, Jekmen Sinulingga, dan Asriaty R Purba, berikut makna upacara adat Sulang-sulang Pahompu bagi suku Batak Toba.

Makna Sulang-sulang Pahompu

Apakah detikers tahu makna dari Sulang-sulang Pahompu? Perlu diketahui, upacara tersebut sebagai bentuk pengukuhan adat pernikahan suku Batak Toba yang biasanya dilaksanakan setelah memiliki keturunan.

Berbeda dengan upacara adat pernikahan yang dilaksanakan secara keseluruhan dari awal hingga akhir. Sulang-sulang Pahompu terjadi karena pihak hasuhuton paranak tak mampu melaksanakan adat secara penuh sehingga hanya bisa menikah secara agama.

Penyebabnya bisa saja karena alasan ekonomi, tidak mendapatkan restu dari orang tua, diundur karena suatu situasi yang kurang memungkinkan atau sudah menjadi kesepakatan antara pihak laki-laki dan perempuan.

Tahap Sulang-sulang Pahompu

1. Marhusip

Sebelum Sulang-sulang Pahompu dilaksanakan, acara itu harus dibicarakan terlebih dahulu secara kekeluargaan oleh kedua belah pihak. Tujuannya yakni membahas tentang “manggarar adat na gok” untuk diberikan suhut paranak kepada parboru.

Pada tahap Marhusip juga dibahas mengenai tempat acara berlangsung, maka pihak paranak perlu membawa oleh-oleh berupa “jagal” yang akan dimasak dan disajikan pihak parboru untuk dimakan bersama.

2. Pasahat Situtungon

Pasahat Situntungon dilakukan pihak paranak, parboru beserta hula-hulanya beberapa hari atau minggu setelah marhusip dilaksanakan. Pihak paranak mengantar sinamot (mahar) kepada pihak parboru yang belum sempat diberikan saat pernikahan dulu.

3. Tudu-tudu Sipanganon

Menjelang waktu makan bersama dalihan na tolu, pihak hasuhuton paranak menjamu tamu undangan dengan memberikan tudu-tudu sipanganon berupa juhutna marsaudara/pinahan lobu kepada pihak parboru.

4. Dengke Simudur-mudur

Dengke Simudur-mudur adalah balasan dari pihak parboru kepada pihak paranak yang menyediakan Tudu-tudu Sipanganon. Hidangan yang dipersiapkan adalah ikan mas yang jumlahnya ganjil.

5. Martonggo Raja/Papungu Dongan

Acara Martonggo Raja/Papungu Dongan dihadiri oleh suhut paranak, suhut parboru, dongan sahuta untuk membicarakan Sulang-sulang Pahompu. Biasanya tahap itu dilakukan pagi hari di kediaman pihak paranak atau parboru sesuai kesepakatan.

6. Acara Kebaktian Singkat

Sebagai umat beragama yang taat kepada Tuhan, dilaksanakan acara kebaktian pernikahan singkat pada upacara adat Sulang-sulang Pahompu. Tujuannya untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang mau melancarkan acara tersebut.

7. Panomu-nomu atau Menyambut Undangan

Yang menghadiri acara Panomu-nomu adalah suhut paranak beserta rombongan, suhu parboru beserta rombongan, dan tamu undangan seperti dongan sahuta dan teman sepermainan kedua pengantin.

8. Pemberian Boras sipir ni Tondi

Boras sipir ni tondi berarti memberikan doa diiringi dengan umpasa yang diberikan suhut parboru kepada suhut paranak. Pada acara itu, disediakan piring putih yang berisi boras pir (beras), nampuran tiar (daun sirih), dan ringgit sitio suara (uang).

9. Pemberian Batu Sulang/Tintin Marangkup

Acara ini bertujuan menyerahkan sinamot yang diberikan paranak pada parboru untuk “manggarar adat na gok”. Posisi suhut paranak berhadapan dengan suhut parboru yang akan menyerahkan Tintin Marangkup kepada tulang dari pihak laki-laki.

10. Pemberian Ulos

Pemberian ulos namartohonan adalah upacara adat yang dilakukan sebagai balasan dari acara Batu Sulang. Pemberian ulos dilakukan oleh pihak parboru kepada pihak paranak di rumah suhut paranak.

11. Pemberian Tumpak

Acara pemberian tumpak paling dinanti-natikan oleh kedua pengantin karena merupakan momen pemberian kado berupa uang juga barang-barang yang didapat dari undangan pihak paranak serta parboru.

12. Olop-Olop

Olop-olop menjadi acara paling akhir pada saat pelaksanaan upacara adat Sulang-sulang Pahompu. Acara itu dimaknai sebagai pengesahan yang disaksikan langsung ole

Nilai yang Terdapat pada Sulang-sulang Pahompu

· Nilai rasa syukur, karena pernikahan merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

· Nilai pelestarian dan kreativitas budaya, karena upacara dilakukan secara nyata dan memiliki tatanan acara seperti sebuah pertunjukan seni.

· Nilai gotong royong, karena adanya bentuk wujud gotong royong dari dalihan na tolu.

· Nilai kesopansantunan, karena terdapat ungkapan atau panggilan yang sopan dalam adat yang berlangsung.

· Nilai bias gender, karena melibatkan laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaannya. (det)