YPAC Medan Siap Berkolaborasi untuk Meningkatkan Pelayanan Terapi dan Edukasi

Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Medan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menaungi dan membina anak-anak berkebutuhan khusus, saat ini tengah berbenah untuk terus meningkatkan pelayanan terapi dan edukatifnya.
Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Medan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menaungi dan membina anak-anak berkebutuhan khusus, saat ini tengah berbenah untuk terus meningkatkan pelayanan terapi dan edukatifnya.

MEDAN, kaldera.id – Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Medan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang menaungi dan membina anak-anak berkebutuhan khusus, saat ini tengah berbenah untuk terus meningkatkan pelayanan terapi dan edukatifnya.

Tidak saja akan mengevaluasi dan merekonstruksi kembali kurikulum pengajaran yang telah ada selama ini yang diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat, namun juga lebih dititikberatkan kepada upaya membangun aspek kemandirian kepada anak-anak tersebut, sehingga mampu lebih percaya diri dalam menata masa depannya.

Hal tersebut disampaikan Ketua YPAC Medan periode 2021-2026, Hj Revita Lubis, di sela pelaksanaan pemberian vaksinasi Covid-19 kepada 350 siswa-siswi YPAC Medan bersama 150 orang keluarga siswa.

Vaksinasi ini merupakan kegiatan pertama YPAC di bawah kepengurusan Hj Revita Lubis, untuk menyongsong kegiatan belajar tatap muka yang dijadwalkan pada awal tahun 2022.

Lebih lanjut, Revi, demikian ia kerap disapa, menyatakan bahwa program-program yang akan disusun untuk siswa-siswi YPAC akan difokuskan untuk membekali anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dengan soft skill dan hard skill, yang akan bermanfaat untuk menyiapkan mereka di masyarakat setamatnya dari YPAC Medan.

“Biar bagaimanapun kita bertanggungjawab untuk membina anak-anak tersebut menjadi lebih mandiri, mengurangi ketergantungan terhadap orang lain, baik secara fisik maupun ekonomi. Jadi programnya nanti akan menyentuh langsung kebutuhan dan kemampuan mereka. Pendekatannya tentu akan berbeda-beda antara satu kelompok siswa dengan siswa lainnya, disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Juga disesuaikan dengan minat mereka,” kata Revita.

Ia menilai, program yang sesuai untuk siswa-siswi YPAC adalah program yang langsung praktik. Untuk itu ia akan membuka ruang untuk bekerja sama dengan institusi lain, serta berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan untuk kegiatan magang, sesuai dengan kemampuan anak-anak tersebut.

Wanita yang dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial tersebut menyebutkan beberapa kegiatan keterampilan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat, di antaranya membatik, berkebun, aktivitas bengkel sederhana dan beberapa kegiatan lainnya.

“Untuk guru-guru juga akan ditingkatkan pelatihan untuk terapis wicara, maupun terapi lain yang berfungsi melatih syaraf motoric dan sensorik anak. Kami juga akan melakukan pengembangan sarana dan prasarana untuk anak autis, meningat kebutuhan untuk kelompok tersebut berbeda dengan siswa-siswi berkebutuhan khusus lainnya. Saat ini YPAC Medan sudah menangani 5 orang siswa autis. Jadi setelah fasilitas terapinya lengkap, kita akan membuka kesempatan yang lebih luas untuk penanganan anak-anak tersebut,” paparnya.

Saat ini, YPAC Medan telah dilengkapi dengan fasilitas aula, lapangan bola, ruang musik, ruang tata boga, ruang salon, ruang membatik, ruang komputer, ruang terapi, kolam terapi berombak, minimarket, library mini dan ruang belajar.

“Kita juga akan segera membenahi taman YPAC Medan yang saat ini kondisinya masih belum ramah anak. Taman ini nantinya juga akan bermanfaat untuk terapi. Mainan yang tersedia di taman juga harus mendukung untuk melatih motorik siswa,” ujar wanita yang saat ini tengah serius membangun bisnis kulinernya.

Ditambahkan Revita, YPAC Medan akan terus meluaskan jejaring kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, sudah banyak pihak yang telah memberikan kesediaan untuk berkontribusi dalam mendukung kegiatan YPAC Medan melalui dana CSR.

YPAC Medan kini menaungi 120 siswa yang didampingi oleh 40 guru. Kapasitas anak per kelas 8-10 anak, di mana satu orang anak akan didampingi oleh 1-2 orang guru.

“Siswa-siswi kita ini kan berbeda-beda kondisinya. Jadi kadang ada yang harus didampingi oleh dua orang guru, sehingga seluruh kegiatan pembelajaran dan terapi dapat dilaksanakan maksimal. Kami akan mengupayakan seluruh program dapat diserap oleh setiap anak dengan baik, dengan mengutamakan prinsip kepentingan terbaik bagi anak. Karena mereka juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya,” pungkas Revita.(efri surbakti)