MEDAN, kaldera.id- Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu meminta penjelasan kepada Menteri Keuangan RI terkait antisipasi akan dampak yang timbul akibat kenaikan tarif cukai rokok. Beberapa hal yang disoroti oleh Gus Irawan Pasaribu adalah efek terhadap perokok anak, angka kemiskinan, maraknya tembakau lintingan serta tenaga kerja dan petani tembakau.
“Yang pertama, kenaikan cukai rokok telah konsisten dilakukan, bahkan terjadi kenaikan yang tinggi. Tapi Berdasarkan paparan pada halaman 4 jumlah perokok anak terus meningkat dari 7,2% menjadi 9,1% di 2018. Apakah ini mengindikasikan bahwa kenaikan cukai rokok belum efektif dalam menurunkan tingkat prevalensi merokok? Apa saran bauran kebijakan lain pemerintah,” kata Gus Irawan Pasaribu, Senin(12/12/2022).
Pada poin kedua, Gus Irawan Pasaribu juga meminta penjelasan terkait dengan korelasi angka perokok dengan angka kemiskinan seperti yang sebelumnya diterangkan oleh Menkeu. Dalam paparannya, Sri Mulyani sempat menjelaskan bahwa rokok menjadi komponen pengeluaran terbesar nomor dua bagi keluarga miskin dan peningkatan pengeluaran rokok sebesar 1% dapat meningkatkan 6% kemungkinan rumah tangga menjadi miskin.
Kenaikan harga cukai rokok
Kenaikan harga cukai rokok berdampak pada harga jual rokok di masyarakat, fenomena tersebut juga menggenjot maraknya bisnis tembakau lintingan yang menurut Gus Irawan Pasaribu menjadi kontradiksi dengan arah pengendalian rokok yang dicanangkan pemerintah.
“Tiga, fenomena tingginya tarif cukai berkorelasi dengan maraknya bisnis tembakau lintingan di daerah-daerah, Apakah ini tidak kontradiksi atau berlawanan dengan arah pengendalian rokok,” ujar legislator dapil Sumut itu.
Dia juga mempertanyakan upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah kepada tenaga kerja sektor tembakau termasuk petani tembakau pasca kenaikan cukai tersebut. Menurutnya saat ini petani sedang dihadapkan pada kenaikan biaya produksi sehingga ia pun meminta pemerintah mengkaji ulang satan kenaikan cukai pada SKT.
“Empat, apa antisipasi yang dilakukan oleh kementerian keuangan terhadap dampak kenaikan tarif cukai terhadap para tenaga kerja di sektor tembakau, termasuk para petani tembakau yang saat ini menghadapi kenaikan biaya produksi akibat harga pupuk yang naik. Sehingga kami berharap kenaikan SKT 5% itu perlu dipertimbangkan,” tambahnya.
Dia juga meminta Menteri Keuangan agar juga memperhitungkan para pedagang rokok eceran yang diperkirakan akan terdampak dari adanya kenaikan cukai hasil tembakau. “Sebagian besar pelaku usaha UKM kategori warung kelontong menjadi pedagang eceran dari rokok, Apa dampak dan antisipasi terhadap tekanan penjualan rokok apabila tarif cukai naik di tengah ancaman melemahnya pelemahan daya beli kelompok menengah ke bawah,” ujarnya.
Diketahui pemerintah memutuskan untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau(CHT) untuk rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024 nanti. Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan tarif CHT pada golongan sigaret kretek mesin(SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP) akan berbeda sesuai dengan golongannya. (rel/arn)