DUDI Dan Kadin

Armin Nasution
Armin Nasution

Oleh Armin Nasution

DEKAN Fakultas Ekonomi Unimed Prof. Indra Maipita saat memberi sambutan kuliah umum di hadapan mahasiswa beberapa waktu lalu menyatakan lulusan perguruan tinggi saat ini berada dalam situasi yang tidak bisa meramal masa depan. Pekerjaan apa yang mampu menampung lulusan 20-30 tahun ke depan belum terjawab.

Sama seperti pandemi covid-19 mengubah tatanan dan peradaban manusia membuat semua berubah drastis. Tak pernah ada yang memikirkan bahwa situasi berubah total. Itu pula yang tidak bisa diprediksi. Perkembangan masa depan sulit ditebak karena terlalu cepat berubah, banyak hal yang hari ini kita anggap sebuah pekerjaan tapi saat nanti mahasiswa tamat belum tentu masih dijadikan pekerjaan. Peran mereka didistorsi mesin.

Menurut Prof. Indra Maipita, organisasi dunia yang bersesuaian saja seperti Bank Dunia dan PWC (pricewaterhousecoopers) tidak bisa memprediksi disrupsi besar-besaran ke depan. Perkembangan IT sangat luar biasa. Untuk mengantisipasi itu harus ditanamkan soft skill kepada lulusaan dibarengi dengan kemampuan iptek dan complex problem solving. Sehingga mereka melihat ada peluang di setiap tantangan. Kampus pun harus berbenah dari sisi kurikulum untuk terus mengikuti perkembangan zaman.

Apa yang disampaikan Dekan FE ini seiring sebenarnya dengan langkah yang sekarang disiapkan Kadin Sumut. Organisasi pengusaha yang dikukuhkan berdasarkan UU No. 1 tahun 1987 ini sedang giat-giatnya mensinkronkan antara apa yang dibutuhkan dunia usaha dengan apa yang harus dihasilkan dunia pendidikan. Sering disebut dudi atau dunia usaha dunia industri.

Ketua Kadin Sumut Firsal Ferial Mutyara Rabu (18/01/2023) lalu menyempatkan diri menghadiri rapat koordinasi pendidikan bersama dunia usaha dan dunia industri se-Sumut di aula Raja Inal Siregar. Acara ini sebenarnya merupakan implementasi kerjasama antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan pelaku usaha (industri).

Kegiatan dengan pameran produk inovatif ini dihadiri siswa SMK se-Sumut, para guru dan pelaku usaha. Firsal Mutyara menyebutkan kehadirannya di tengah komunitas pendidikan itu sekaligus merampungkan konsep dan program kerja dengan tagar linkandmacth. Karena ini sudah lama berjalan di Kadin. Intinya adalah bahwa selama ini ada kesenjangan antara apa yang dihasilkan dunia pendidikan dengan dunia industri. Sehingga perlu dorongan agar ditingkatkan.

Termasuk misalnya mencari titik temu apa kebutuhan industri dan apa yang harus disiapkan dunia pendidikan termasuk SMK hingga perguruan tinggi agar sinkron. Menurut Firsal, sebenarnya perlu menyelaraskan antara lulusan SMK dengan kebutuhan pasar. Dan konsepnya sudah ada tinggal mengimplementasikannya ke depan.

Bukan hanya mengikuti rapat koordinasi itu, karena pada beberapa kesempatan Kadin Sumut pun mengadakan berbagai pertemuan dengan institusi pendidikan, menyelaraskan konsep ketercapaian sinergi dunia pendidikan dan industri. Misalnya, mengunjungi Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBVP) Medan. Di tempat ini, Firsal Mutyara membicarakan tentang kolaborasi program kerja di 2023.

Baik Kadin maupun BBVP tentu berkepentingan untuk menjalankan kolaborasi. Karena pendidikan vokasi berbeda dengan lulusan sarjana misalnya. Pendidikan vokasi merupakan program pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan mempersiapkan tenaga kerja yang dapat menerapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global.

Secara umum pendidikan vokasi (program diploma) bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tenaga ahli profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Selain dengan BBVP, Kadin Sumut pun melakukan kerjasama dengan Politeknik Negeri Medan sekaligus membahas nota kesepahaman untuk penelitian, pengabdian serta peningkatkan pembelajaran untuk menyiapkan lulusan yang disiapkan bagi dunia usaha, industri dan pengembangan kewirausahaan.
Intinya, selama ini apa yang disiapkan dunia pendidikan tak bisa ditampung dunia usaha karena terjebak kurikulum. Untuk mengubah kurikulum pun butuh waktu lama. Maka peran meluruskan kembali target dan sasaran sinergi dunia usaha dunia pendidikan diletakkan kepada Kadin sebagai induk organisasi pengusaha terbesar di Indonesia. Dengan begitu harapan agar kelak lulusan semua lembaga pendidikan bisa diserap dunia usaha terwujud secara maksimal.