JAKARTA, kaldera.id- Penyebaran virus corona (coronavirus) yang masif ternyata tak cuma memukul negara China, tempat dimana virus tersebut berkembang, namun juga negara-negara tetangganya.
Beberapa negara bahkan sudah diprediksi bakal jatuh ke jurang resesi, mengingat penyebaran virus corona (coronavirus) sangat cepat dan harus ditangani denga segera. Mengutip laman Reuters, Rabu (19/02/2020), Singapura dan Jepang berpotensi kena resesi akibat virus ini.
Singapura sendiri diketahui memiliki jumlah pasien virus corona (coronavirus) terbanyak kedua setelah China, yaitu 77 kasus. Meskipun berbeda jauh, namun negara lain belum mengumumkan jumlah pasien sebanyak Singapura.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Liong menyatakan, mungkin saja Singapura bisa terkena resesi karena dampak virus corona (coronavirus) dianggap sudah terasa untuk perekonomian jangka panjang.
“Saya tidak bisa katakan akan resesi atau tidak, namun dampaknya akan signifikan setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Yang jelas, ekonomi Singapura terpukul,” ujar Lee.
Padahal, perekonomian Singapura sendiri baru bergairah sejak hampir saja terkena resesi pada tahun lalu. Di kuartal IV 2019, ekonomi Singapura tumbuh 0,8 persen dari yang semula 0,1 persen.
Jepang Terimbas Virus Corona Covid-19 (coronavirus)
Setali tiga uang dengan Singapura, Jepang juga diprediksi akan mengalami kontraksi ekonomi yang tajam imbas virus corona Covid-19 (coronavirus) ini. Sebab, ekonomi negeri ini pada Desember 2019 saja sudah mengalami perlambatan.
Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang pada kuartal IV 2019 turun 1,6 persen dari prediksi ekonom sebesar 1 persen. Secara yoy, PDB terperosok hingga 6,3 persen, jauh lebih dalam dari prediksi yang hanya sebesar 3,7 persen.
Dengan demikian, para analis menyebut bisa saja corona menghantam Jepang lebih keras lagi. Tak cuma menekan ekspor, namun penurunan jumlah wisatawan dari China yang porsinya sekitar 30 persen keseluruhan jumlah wisman Jepang.
“Virus ini utamanya akan menekan pariwisata, ekspor dan membebani konsumsi domestik. Jika epidemi ini tidak bisa ditangani hingga Olimpiade Tokyo, kerugian ekonomi yang akan didera pasti sangat besar,” ujar Taro Saito, peneliti di NLI Research Institute. (finta rahyuni)