Ilustrasi.
Ilustrasi.

JAKARTA, kaldera.id – Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier H Daulay membenarkan pengurangan karyawan saat ini banyak dilakukan pelaku usaha hotel dan restoran karena sepinya pengunjung akibat virus corona (Covid-19).

Dia melanjutkan, langkah pengurangan karyawan banyak dilakukan hotel dan restoran yang selama ini menggantungkan jumlah tamu dari wisatawan asal China.

“Betul, khususnya hotel dan atau restoran yang selama ini sangat tergantung dengan turis asal China. Ada yang sudah mulai merumahkan karyawan daily worker, hingga tidak lagi menerima training,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (5/3/2020).

Tak hanya itu, beberapa hotel juga telah mengurangi jam kerja menjadi hanya lima hari kerja dan libur satu hari dengan konsep unpaid leave.

Dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, industri pariwisata secara keseluruhan maupun di Bali, telah merosot hingga 60% hingga Februari 2020, sehingga membuat pelaku bisnis hotel dan restoran memilih melakukan efisiensi mengurangi karyawan.

Rainier berkata, pemerintah dapat menopang dan memberi napas panjang bagi para pelaku bisnis hotel dan restoran melalui penundaan pajak hotel dan restoran 10% di daerah, serta beberapa pajak lain, seperti PPh 21.

“Tentu kami akan lakukan efisiensi di semua sektor untuk bertahan dalam kondisi ini. Pemerintah juga perlu aksi, tidak hanya ratas atau wacana saja,” imbuhnya.

Dia menambahkan, pemerintah juga perlu memberi insentif ke maskapai agar harga tiket pesawat lebih terjangkau, hingga memindahkan rapat-rapat ke daerah.

“Daerah yang paling terdampak dari penurunan jumlah wisatawan ada Bali dan Manado. Maka itu, mari berbenah dan pemerintah harus aktif. Kalau pemerintah tak bisa mengatur sedemikian rupa, maka dampaknya akan besar,” imbuhnya.(kontan/finta)