Gus Irawan Pasaribu
Gus Irawan Pasaribu

 

MEDAN, kaldera.id- Anggota Komisi IX DPR RI Gus Irawan Pasaribu menyatakan ancaman resesi global tahun 2023 menjadi momok yang menakutkan bagi Indonesia, termasuk bagi sektor industri. Sehingga perlu adanya antisipasi yang menjadi tanggung jawab bersama dan tugas besar seluruh kementerian/lembaga dan stakeholder, khususnya dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan.

Demikian diungkapkan Gus Irawan Pasaribu saat mengikuti Rapat Kerja Komisi IX DPR RI di, Jakarta, Selasa (8/11/2022). “Kalau kita bicara resesi pada tahun 2023, ini merupakan ketakutan kita semua. Tentunya kita berharap bahwa pekerja tidak mengalami atau mendapatkan dampak dari resesi itu. Sehingga kemudian diharapkan Kemnaker sudah memikirkan bahwa pekerja kita yang produktif tentunya mereka mendapatkan penghasilan dan kehidupan yang layak,” kata Gus Irawan Pasaribu.

Politisi Fraksi Gerindra itu menambahkan, dari paparan yang disampaikan Menaker, menunjukkan bahwa Kemnaker sangat concern untuk melakukan penurunan angka pengangguran, sehingga masyarakat, khususnya pekerja tidak mengalami dampak dari resesi. “Kalau kita melihat banyak pekerja produktif kita, kalau bicara mengenai antisipasi resesi, (ada imbauan) save money kita, tetapi masyarakat kita daya belinya cukup tinggi, artinya apakah tidak mempengaruhi resesi ini bagi pekerja kita atau seperti apa,” ucapnya.

Gus Irawan Pasaribu juga mempertanyakan langkah asosiasi pengusaha dalam mengantisipasi ancaman resesi pada sektor industri. “Kalau kita bicara upah minimum dan resesi, yang kondisinya cukup menakutkan bagi pelaku industri, dimana (perusahaan) harus membayar upah kepada tenaga kerja dan berharap juga mendapatkan hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh setiap produksi, karena dari laba itulah perusahaan juga bisa akan terus berjalan,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah menjelaskan, ada lima strategi dalam menghadapi resesi global 2023. Termasuk melakukan reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi yang dilakukan melalui transformasi Balai Latihan Kerja (BLK) yang dimulai dengan reformasi kelembagaan, redesain substansi pelatihan orientasi SDM, relationship, rebranding dan revitalisasi.(rel/arn)