Ketua Kadin Sumatera Utara Firsal Dida Mutyara
Ketua Kadin Sumatera Utara Firsal Dida Mutyara

 

MEDAN, kaldera.id –  Ketua Kadin Sumatera Utara Firsal Dida Mutyara menyarankan Pemprovsu lebih aktif mendorong percepatan investasi dengan mempromosikan potensi wilayah ke luar negeri dibarengi regulasi yang baik dan jaminan keamanan berusaha.

Hal itu syarat penting agar investor asing mau menanamkan modalnya ke daerah dengan nilai lebih tinggi, katanya. Firsal Dida Mutyara berbicara kepada media di kantornya kemarin menanggapi berbagai hal yang berhubungan dengan investasi.

Dia menyebut baru-baru ini sudah ada tiga pihak yang akhirnya memutuskan tidak mengunjungi Sumut dengan alasan yang sepenuhnya tidak jelas. Pertama adalah kunjungan World Bank yang dibatalkan, kemudian delegasi dagang Thailand yang juga tak jadi datang ke Sumut serta ada satu investor dari Arab yang kemudian mundur setelah melihat berbagai proses lalu memutuskan tak jadi masuk.

Firsal Dida Mutyara menyebutkan fenomena ini sejalan dengan capaian realisasi investasi di Sumut yang akhirnya mentok di angka Rp39 triliun dengan persentase 108 persen dari target. Jika dibandingkan dengan Riau mereka memperoleh investasi sampai Rp78 triliun dengan realisasi 87 persen. “Artinya capaian kita yang 100 persen lebih tidak sebanding dengan nilai yang diperoleh terutama dari sisi angka yang relatif kecil. Bandingkan luas wilayah Riau dengan Sumut misalnya. Maka tak sewajarnya realisasi investasi kita sebesar itu,” ungkapnya.

Firsal menyatakan hal tersebut menjadi tanda tanya kenapa kemudian minat berinvestasi di daerah ini lebih kecil. “Alasan detilnya kita tidak tahu tapi seperti yang saya sebut tadi mulai dari World Bank, delegasi Thailand dan yang dari Arab tak jadi masuk Sumut,” kata dia.

Bisa jadi mereka memang melihat kurangnya potensi investasi di daerah ini, tapi apa parameternya? “Saya sempat whatsapp dengan Konsul Thailand untuk menyuarakan apa yang menjadi kendala. Kenapa tidak tertarik dengan investasi di Sumut. Bisa jadi karena regulasi atau mungkin karena keamanan. Atau biaya operasional di sini tak sebanding dengan investasi yang ditanamkan,” tuturnya.

Firsal Dida Mutyara menyatakan kondisi ini bisa juga muncul dengan informasi yang banyak di media sosial. “Kita ini sekarang borderless. Bagaimana kondisi keamanan Medan. Search saja. Semua akan keluar hasilnya. Semua by riset dan by data. Jadi investor cukup melihat kondisi yang terjadi melalui media sosial atau chat GPT untuk melihat situasi daerah ini,” kata Firsal.

“Kita tidak tahu dari pencarian itu apa yang muncul. Jangan-jangan daerah ini dianggap tak ramah investor. Padahal di Sumut arus perputaran uang dari transaksi keuangan mencapai Rp1.100 triliun dengan menggabung antara belanja pemerintah lewat APBD, peran swasta dan konsumsi masyarakat,” tuturnya.

Guna meningkatkan jumlah perputaran uang, Firsal Dida Mutyara menyatakan harus ada investasi baru. “Kalau tidak ada peningkatan yang signifikan maka kemampuan ekonomi kita tak akan meningkat. Malah investasi akan mengalir ke provinsi lain. Pertanyaannya apa yang harus kita perbaiki guna menggaet investor,” tuturnya.

Dia mengatakan harusnya memang komunikasi yang efektif antara BI, OJK dan Pemprovsu bisa menjembatani masalah tersebut. “Saya berpikir kalau nanti di ajang pemilihan gubernur ini Kadin Sumut diberi kesempatan bertanya ke kandidat, saya mau tanya kenapa bisa investasi kita kalah dengan provinsi sebelah. Setelahnya pertanyaan berikut strategi apa yang bisa ditawarkan untuk membuat Sumut kembali juara terutama sisi ekonomi,” ungkapnya.

Dia mengatakan strategi provinsi tetangga memang berani menggaet investor ke luar negeri dengan melakukan kunjungan dan mengikuti forum investasi. “Kalau kita hanya menunggu. Wajar nilai investasi rendah. Coba perhatikan nanti Kepulauan Riau dan Batam akan lebih hebat dari kita empat tahun lagi,” jelasnya.

Firsal Dida Mutyara mengatakan Kepulauan Riau itu pintar pemimpinnya karena mereka terus berkomunikasi dengan pihak luar untuk menggaet investasi.”Mereka tiap bulan ke luar negeri menjajaki investasi. Mempromosikan daerahnya jalan terus. Para pengusaha disupport. Mau kemana kita ayo. Kalau tidak sanggup support person mereka bawa barang produk utk dipromosikan,” jelasnya.

“Bahkan event-event untuk promo investasi dan kontak dagang pengusaha yang buat. Bukan event organizer pemerintahannya. Strategi tersebut setidaknya berhasil. Ini meniru banyak negara sebenarnya. Coba saja lihat negara-negara ASEAN mereka membawa asosiasi pengusaha dari sini ke negaranya untuk memamerkan langsung potensi bisnis mereka. Mau tidak mau, setelah berkunjung ke sana akan kita promosikan di negara sendiri. Lalu bagaimana dengan kita? Minim event,” katanya.

Pola itu seyogyanya harus diubah, konsep dan framing mendorong investasi itu inisiatifnya harus lebih banyak datang dari daerah sendiri dibarengi dengan regulasi yang baik serta follow up berkelanjutan. “Dengan begitu saya kira Sumut akan mendapatkan aliran investasi yang lebih besar,” tuturnya.