Laga Piala FA, Chelsea vs Liverpool. (ist)
Laga Piala FA, Chelsea vs Liverpool. (ist)

JAKARTA, kaldera.id – Kompetisi musim ini memasuki fase krusial namun Liverpool malah lupa cara mencetak gol dalam beberapa laga terakhir.

Liverpool era Juergen Klopp menjelma jadi tim yang komplet dan seimbang dalam dua musim terakhir. The Reds punya lini pertahanan yang mengesankan dan punya lini depan yang mematikan.

Namun keistimewaan Liverpool itu tidak terlihat dalam dua pekan terakhir. The Reds hanya mencetak tiga gol dalam empat pertandingan terakhir.

Tak hanya itu, tiga gol tersebut semuanya dihasilkan pada laga lawan West Ham. Dengan demikian, Sadio Mane dan kawan-kawan sudah gagal mencetak gol dalam tiga dari empat laga terakhir.

Kondisi ini jelas memprihatinkan bila melihat rekam jejak Liverpool dalam dua tahun belakangan. Trio Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane adalah jaminan hadirnya ketajaman dan kekompakan.

Hal tersebut sirna di laga lawan Atletico Madrid. Salah-Mane-Firmino bungkam tanpa banyak peluang di Wanda Metropolitano. Liverpool bahkan tidak mampu melepaskan tembakan tepat sasaran.

Hal yang nyaris sama terulang ketika Liverpool berkunjung ke markas Watford. The Reds pulang dengan kekalahan telak 0-3.

Kekalahan itu tidak terasa menyakitkan bila melihat Liverpool memang tidak banyak menghadirkan ancaman. Liverpool hanya tercatat melepaskan satu tembakan ke gawang Watford di laga tersebut.

Entah dengan pertimbangan menghemat tenaga atau karena melihat kejenuhan di lini depan, Klopp memutuskan mengubah lini serang dengan menurunkan Sadio Mane, Takumi Minamino, dan Divock Origi.

Kolaborasi tiga pemain ini didukung oleh trio lini tengah Adam Lallana, Fabinho, dan Curtis Jones. Pola ini tidak benar-benar menakutkan bagi Chelsea.

Liverpool memang menghasilkan lima tembakan tepat sasaran, jauh lebih baik dibandingkan pada laga lawan Watford dan Atletico Madrid. Namun tiga dari lima tembakan tepat sasaran tersebut hadir dari momen yang sama.

Itu berarti Liverpool tidak bisa memberikan tekanan dan serangan secara konsisten ke lini pertahanan Chelsea sepanjang pertandingan. Terbukti, di babak kedua Liverpool benar-benar tampil tanpa ancaman, bahkan ketika Mohamed Salah dan Roberto Firmino sudah hadir di lapangan.

Liverpool Minim Kreativitas

Ketidakberhasilan Liverpool mencetak gol dalam dua laga beruntun atau tiga dari empat laga terakhir tak lepas dari minimnya kreativitas di lini tengah. Kehilangan Jordan Henderson yang punya spesialisasi umpan panjang plus Naby Keita turut menyulitkan Liverpool.

Takumi Minamino dan Divock Origi yang diharapkan bisa menunjukkan pembuktian ketika diberi kepercayaan juga tak mampu menawarkan banyak perbedaan.

Andrew Robertson yang seringkali jadi solusi alternatif untuk melakukan tusukan tidak mendapat pasokan bola yang cukup deras, selain ia juga sibuk mengawasi pergerakan Willian yang selalu mengincar serangan balik.

Sisi full back kanan Liverpool terlihat tidak imbang karena Trent Alexander-Arnold tidak dimainkan di laga ini.

Kebobolan dua gol tentu bukan salah lini depan Liverpool, namun tidak mampu menciptakan gol balasan mutlak jadi tanggung jawab mereka di laga ini.

Liverpool masih punya waktu seminggu untuk menghadapi duel vital lawan Atletico Madrid pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions.

Kondisi tim yang tengah mandul juga membuat Klopp harus dihadapkan pada pilihan berat. Klopp tentu ingin menguji formula serangan pada laga lawan Bournemouth di laga Liga Inggris pada akhir pekan nanti.

Permasalahan kesuburan harus bisa dituntaskan pada laga lawan Bournemouth di akhir pekan karena Atletico adalah salah satu tim dengan pertahanan terbaik di Eropa.

Namun menurunkan kekuatan penuh berisiko menggerus kekuatan terbaik mereka jelang duel lawan Atletico beberapa hari kemudian.(cnn/reza)