Sejarah Patung Sigale-Gale Asal Toba

Patung Sigale-Gale
Patung Sigale-Gale

 

MEDAN, kaldera.id – Pernahkan kamu berkunjung ke Danau Toba? Jika iya, maka Anda pasti tidak asing dengan cerita patung Sigale-gale. Konon patung ini bisa menari sendiri.

Patung Sigale-gale berada di berada di Pulau Samosir, Desa Tomok. Pasti kamu bertanya-tanya, bagaimana patung ini bisa menari? Patung ini tentu bisa menari karena memang digerakkan oleh orang lewat tali-tali di belakangnya. Uniknya, orang yang menggerakkan patung ini biasanya tidak kelihatan, sehingga seperti bergerak sendiri.

Mengutip dari laman resmi Indonesia, Sigale-gale berasal dari kata gale yang dalam bahasa Batak Toba memiliki arti lemah gemulai. Diketahui pula, Sigale-gale bisa berdiri tegak karena diletakkan pada sebuah podium kayu persegi panjang.

Podium kayu tersebut berfungsi sebagai lorong tempat lintasan jalinan tali agar tidak terlihat, sehingga seolah-olah menari. Tali-tali tadi akan menghubungkan tiap bagian badang Sigale-gale mulai kepala, leher, lengan dan telapak tangannya.

Mistisnya, konon patung ini dipercaya oleh masyarakat Toba bisa bergerak dengan sendirinya. Bahkan patung Sigale-gale ini sempat viral karena video yang tersebar di TikTok, menarasikan bahwa tangan patung Sigale-gale ini bergerak sendiri saat orang sekitar menari.

Kisah Asal Usul Legenda Patung Sigale-gale

Berdasarkan laman resmi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, asal usul patung Sigale-gale diyakini masyarakat Danau Toba berasal dari cerita rakyat yakni kisah Raja Rahat dan anaknya Manggale.

Di mana pada mulanya, hiduplah seorang Raja Samosir yakni Raja Rahat. Beliau hanya memiliki satu anak yang bernama Manggale, anak kesayangan yang tak tergantikan oleh Raja Rahat.

Suatu ketika terjadi peperangan untuk merebutkan kekuasaan, Raja Rahat pun mengutus Manggale memimpin sebagai panglima perang dalam pertempuran tersebut. Namun sayang, Raja Rahat mendengar kabar buruk bahwa putranya Manggale tidak kembali lagi.

Setelah itu Raja Rahat pun merasakan kehilangan yang luar biasa, hingga ia jatuh sakit. Seluruh rakyat pun turut sedih dan khawatir akan kondisi Rajanya. Mereka pun berbondong mencari Tabib untuk mengobatinya.

Tabib itu bernama Sibaso, ia menyarankan untuk mencari pemahat terbaik di kerajaan untuk membuat patung replika Raja Manggale dari kayu. Bahkan patung didandani semirip mungkin dengan ciri-ciri Manggale.

Karena kemiripan tersebut mereka menamai patung tersebut dengan patung Sigale-gale. Bahkan patung ini dijadikan Sibaso sebagai media pemanggilan roh Manggale. Ia melakukan berbagai ritual seperti memainkan alat musik.

Ketika roh Manggale berhasil masuk, patung Sigale-gale pun bergerak sendiri lalu menari mengikuti lantunan musik. Sehingga ketika Raja rindu Manggale, ia akan mengajak si patung menari bersama rakyatnya.

Sesuai dengan kisah tersebut, masyarakat suku batak sekitar pun menggunakan patung Sigale-gale sebagai simbol penghantar kematian. Sekaligus dipercaya sebagai tindakan mencegah suatu keluarga meninggal tanpa keturunan.

Uniknya Tarian Patung Sigale-gale

Mengutip dari laman resmi Indonesia, Patung Sigale-gale biasanya diiringi oleh tarian tor-tor di sekitarnya. Dimana ciri khas gerakannya adalah menutup kedua telapak tangan kearah dada yang digerakkan naik turun ke depan secara berulang.

Keunikan Sigale-gale juga terdapat pada aransemennya yang selalu dimainkan dengan bersama alat musik gondang dipadukan tari tor-tor saat upacara papurpur sapata. Upacara adat ini biasanya dimainkan ketika ada kabar kematian.

Sehingga tarian Sigale-gale bisa menjadi hiburan atau pelipur lara bagi keluarga atau kerabat yang kehilangan. Diketahui juga, sampai hari ini masih belum diketahui pasti kapan seni pertunjukan Sigale-gale itu dimulai di Pulau Samosir.

Untuk saat ini, pertunjukan patung Sigale-gale masih selalu dipertunjukkan dalam setiap kunjungan wisatawan dan pesta budaya setempat di Desa Tomok. Demikian penjelasan patung Sigale-gale, semoga bermanfaat! (det)