JAKARTA, kaldera.id- Memasuki penghujung tahun 2021 target pertumbuhan ekonomi akhirnya tak tercapai. Anggota Komisi XI DPR RI Gus Irawan Pasaribu mengungkap, ada banyak faktor yang mendorong kegagalan mengejar target pertumbuhan yang dipatok pemerintah sebesar 3,5-4 persen itu. Di antaranya adalah lambatnya belanja di awal tahun 2021.
“Faktor pertama, belum ditindaklanjutinya arahan presiden untuk mempercepat belanja di awal-awal tahun,” kata Gus Irawan Pasaribu, Selasa (28/12/2021). Tema APBN 2021 adalah “Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi”. Padahal, 2021 diharapkan sebagai tahun pemulihan ekonomi setelah terpuruk pada 2020.
Mengutip data BPS, pengeluaran konsumsi pemerintah pada kuartal I-2021 hanya Rp265,9 triliun. Angka tersebut menurun 43,35 persen dibandingkan konsumsi pemerintah pada kuartal IV-2020 yang mencapai Rp481,8 triliun. “Belanja pemerintah yang diharapkan menjadi stimulus kegiatan perekonomian, belum berhasil mendorong secara optimal. Pada kuartal I-2021 pertumbuhan ekonomi tercatat minus 0,74 persen (yoy), melanjutkan kontraksi ekonomi sebanyak empat kali berturut-turut,” papar Gus Irawan Pasaribu.
Faktor kedua, lanjut Gus Irawan Pasaribu, pemerintah relatif terlambat mengantisipasi masuknya covid-19 varian Delta. Di saat negara-negara lain sudah menutup diri, Indonesia masih menerima pesawat carter dari India. Kebijakan tersebut harus dibayar mahal dengan melonjaknya kasus covid-19.
Sementara faktor ketiga, menurut Gus Irawan Pasaribu, kebijakan PPKM yang telah menyebabkan kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat menurun drastis. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2021 hanya 3,51 (year of year). Padahal pada kuartal II-2021 mampu tumbuh impresif hingga 7,07 persen (yoy).
Faktor terakhir, kata dia, pemerintah belum memaksimalkan keberadaan UU Cipta Kerja. Menurut data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi periode Januari hingga September 2021 sebesar Rp659,4 triliun. Capaian tersebut hanya naik 7,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp611,1 triliun.(arn/rel)