Israel Semakin Brutal, 335 Ribu Anak di Gaza Terancam Mati Kelaparan

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa 335 ribu anak di bawah usia lima tahun di Gaza berisiko mengalami kekurangan gizi parah dan terancam mati kelaparan akibat krisis pangan.
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa 335 ribu anak di bawah usia lima tahun di Gaza berisiko mengalami kekurangan gizi parah dan terancam mati kelaparan akibat krisis pangan.

 

MEDAN, kaldera.id – United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa 335 ribu anak di bawah usia lima tahun di Gaza berisiko mengalami kekurangan gizi parah dan terancam mati kelaparan akibat krisis pangan.

“Dalam beberapa minggu mendatang, setidaknya 10 ribu anak di bawah lima tahun akan menderita malnutrisi yang paling mengancam jiwa. Ini berarti ancaman kematian akibat kelaparan sudah menjadi kenyataan bagi banyak keluarga di Gaza,” ujar UNICEF.

Adapun, pernyataan UNICEF itu muncul setelah Integrated Food Security Phase Classification (IPC) melaporkan bahwa sekitar 2,2 juta penduduk Gaza menghadapi kelaparan akut. Menurut IPC, seluruh penduduk di Gaza ada di kondisi krisis.

Menurut laporan IPC, Jumlah tersebut adalah jumlah tertinggi dari orang-orang yang menghadapi bencana kerawanan pangan akut yang pernah diklasifikasikan oleh IPC di wilayah atau negara tertentu.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa total jumlah korban tewas adalah 20.057 orang, lebih dari 50 ribu warga sipil luka-luka, dan lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.

“Sekitar dua pertiga dari korban tewas adalah perempuan dan anak di bawah umur,” terang Kementerian Kesehatan Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023 lalu, Hamas mengungkapkan bahwa rata-rata 277 warga sipil tewas per harinya. Bahkan, jumlah rata-rata harian tersebut meningkat menjadi lebih dari 300 orang sejak 1 Desember 2023.

Selain itu, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan bahwa jumlah jurnalis yang dibunuh oleh IDF telah meningkat menjadi 99 sejak dimulainya perang.

Muhammad Khalifa adalah jurnalis terbaru yang terbunuh di Gaza setelah pasukan Israel mengebom rumah keluarganya di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

Terbaru, Al Jazeera melaporkan bahwa puluhan jenazah yang membusuk telah ditemukan di sepanjang jalan Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara.

Sementara itu, melansir dari AP News, data terakhir menunjukkan bahwa 1.200 orang di Israel tewas sejak 7 Oktober 2023 lalu. Lalu, sebanyak 140 anggota IDF dilaporkan tewas dalam serangan darat.

Serangan Makin Brutal, Kemlu Palestina Sebut Israel Sengaja

Jumlah warga sipil yang tewas di Gaza semakin bertambah seiring dengan munculnya serangan udara dan tembakan Israel di kamp pengungsi Bureij dan Nuseirat di Gaza Tengah, Deir el-Balah, dan kamp pengungsi Jabalia di Gaza Utara.

Melihat serangan yang semakin brutal itu, Kementerian Luar Negeri Palestina menyebutkan bahwa Israel melakukannya dengan sengaja demi mengacaukan resolusi Dewan Keamanan PBB.

“Israel dengan sengaja meningkatkan pembantaiannya untuk menciptakan lingkungan yang mengganggu implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB,” ujar Kementerian Luar Negeri Palestina.

Selain serangan di kamp pengungsi, IDF mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan tembakan umpan di kawasan Issa, Gaza, yang “memikat” puluhan pasukan Hamas dari sebuah gedung yang dituduh sebagai markas di bagian utara Gaza.

“Selama kegiatan operasional gabungan, pasukan darat dan intelijen IDF telah mengarahkan jet tempur IAF untuk menyerang gedung tersebut untuk melenyapkan para teroris,” ujar IDF.

Israel Bakal Perluas Wilayah Serangan

Menurut laporan CNN International, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan bahwa pihaknya sedang bersiap untuk memperluas operasi ke “wilayah baru” di Gaza. Wilayah yang menjadi target utama adalah Gaza bagian selatan.

“Kami mendekati tahap akhir untuk mendapatkan kendali operasional di bagian utara Gaza,” klaim Hagar. (cnbc)